Rabu, 29 Desember 2010

Pantai Lombang

Pantai Lombang di Kecamatan Batang-Batang adalah salah satu objek wisata terbaik di Kabupaten Sumenep. keindahahannya telah terkenal ke luar negeri. Tak heran jika wisatawan mancanegara (wisman) banyak yang terpikat dengan keindahan pantai dan cemara udangnya.
hamparan pasir putih dihiasi pohon-pohon cemara, merupakan daya tarik yang sangat indah. Pantai ini berada ± 30 Km dari Kota Sumenep ke arah Utara. Jalan akses menuju lokasi sangat mudah, bisa menggunakan mobil atau sepeda motor. Untuk masuk ke lokasi pantai, akan dikenakan biaya karcis sebesar Rp 3.000,
Di area pantai juga terdapat banyak penjual makanan dan minuman. Salah satu jenis minuman yang dapat menghilangkan dahaga yaitu “Es Degan” yang masih muda dan baru. Adapun makanan yang dijual salah satunya adalah “Rujak Lontong” yang bikin para wisatawan tidak tahan untuk mencobanya.
Wisata ke Pantai Lombang bisa dijadikan sebuah alternatif untuk mengisi hari libur Anda, baik hari libur biasa atau hari libur Hari Raya. Dijamin Anda akan mendapatkan suasana yang berbeda karena keindahan dari Pantai Lombang, salah satu ciptaan Tuhan yang perlu kita syukuri dan kita jaga kelestarinnya.

Jembatan Suramadu

Jembatan Nasional Suramadu adalah jembatan yang melintasi Selat Madura, menghubungkan Pulau Jawa (di Surabaya) dan Pulau Madura (di Bangkalan, tepatnya timur Kamal), Indonesia. Dengan panjang 5.438 m, jembatan ini merupakan jembatan terpanjang di Indonesia saat ini. Jembatan terpanjang di Asia Tenggara ialah Bang Na Expressway di Thailand (54 km). Jembatan Suramadu terdiri dari tiga bagian yaitu jalan layang (causeway), jembatan penghubung (approach bridge), dan jembatan utama (main bridge).

Jembatan ini diresmikan awal pembangunannya oleh Presiden Megawati Soekarnoputri pada 20 Agustus 2003 dan diresmikan pembukaannya oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada 10 Juni 2009[2]. Pembangunan jembatan ini ditujukan untuk mempercepat pembangunan di Pulau Madura, meliputi bidang infrastruktur dan ekonomi di Madura, yang relatif tertinggal dibandingkan kawasan lain di Jawa Timur. Perkiraan biaya pembangunan jembatan ini adalah 4,5 triliun rupiah.
Pembuatan jembatan ini dilakukan dari tiga sisi, baik sisi Bangkalan maupun sisi Surabaya. Sementara itu, secara bersamaan juga dilakukan pembangunan bentang tengah yang terdiri dari main bridge dan approach bridge.
Jembatan Suramadu pada dasarnya merupakan gabungan dari tiga jenis jembatan dengan panjang keseluruhan sepanjang 5.438 meter dengan lebar kurang lebih 30 meter. Jembatan ini menyediakan empat lajur dua arah selebar 3,5 meter dengan dua lajur darurat selebar 2,75 meter. Jembatan ini juga menyediakan lajur khusus bagi pengendara sepeda motor disetiap sisi luar jembatan.
Jalan layang
Jalan layang atau Causeway dibangun untuk menghubungkan konstruksi jembatan dengan jalan darat melalui perairan dangkal di kedua sisi. Jalan layang ini terdiri dari 36 bentang sepanjang 1.458 meter pada sisi Surabaya dan 45 bentang sepanjang 1.818 meter pada sisi Madura.
Jalan layang ini menggunakan konstruksi penyangga PCI dengan panjang 40 meter tiap bentang yang disangga pondasi pipa baja berdiameter 60 cm.
Jembatan penghubung
Jembatan penghubung atau approach bridge menghubungkan jembatan utama dengan jalan layang. Jembatan terdiri dari dua bagian dengan panjang masing-masing 672 meter.
Jembatan ini menggunakan konstruksi penyangga beton kotak sepanjang 80 meter tiap bentang dengan 7 bentang tiap sisi yang ditopang pondasi penopang berdiameter 180 cm.
Jembatan utama
Jembatan utama atau main bridge terdiri dari tiga bagian yaitu dua bentang samping sepanjang 192 meter dan satu bentang utama sepanjang 434 meter.
Jembatan utama menggunakan konstruksi cable stayed yang ditopang oleh menara kembar setinggi 140 meter. Lantai jembatan menggunakan konstruksi komposit setebal 2,4 meter.
Untuk mengakomodasi pelayaran kapal laut yang melintasi Selat Madura, jembatan ini memberikan ruang bebas setinggi 35 meter dari permukaan laut. Pada bagian inilah yang menyebabkan pembangunannya menjadi sulit dan terhambat, dan juga menyebabkan biaya pembangunannya membengkak
http://www.suramadu.com/

Keraton Potre Koneng



Keraton Sumenep di Jawa Timur dikenal dengan sebutan “Potre Koneng” (Putri Kuning). Julukan ini muncul karena di bekas Keraton Sumenep pernah hidup seorang permaisuri keraton, Ratu Ayu Tirto Negoro, yang memiliki kulit kuning bersih yang berasal dari negeri Cina. Untuk menghormati sang permaisuri, atap Keraton Sumenep diberi warna kuning cerah.
Bangunan Keraton Sumenep didirikan pada paruh kedua abad ke-18 atas prakarsa Raja Sumenep, yaitu Penembahan Sumolo atau Tumenggung Arya Nata Kusuma. Keraton ini diarsiteki oleh seorang China bernama Liaw Piau Ngo. Melalui tangan Liaw Piau Ngo inilah lahir sebuah bangunan keraton yang unik, yang memadukan gaya arsitektur Eropa, China, dan Jawa. Keraton Sumenep terletak di pusat kota (dekat alun-alun) Kabupaten Sumenep, Madura, Jawa Timur.
Dengan mengunjungi keraton ini, wisatawan dapat melihat langsung hasil akuturasi budaya Jawa, Eropa, dan Cina yang membentuk bangunan Keraton Sumenep. Pada bangunan Keraton Sumenep, pengunjung dapat melihat nuansa keraton Jawa dengan pilar-pilar dan lekuk ornamennya yang bergaya Eropa serta rangkaian atap yang menyerupai kelenteng Cina.



Secara umum komposisi bangunan pada Keraton Sumenep tidak berbeda dengan keraton-keraton di Jawa, misalnya sama-sama memiliki pendopo yang cukup luas untuk menerima tamu, ruang peristirahatan raja, serta lokasi pemandian untuk permaisuri dan putri-putri raja.
Sebelum memasuki keraton, pengunjung akan disambut gapura dengan nama “Labang Mesem”. Dalam bahasa Indonesia “labang” berarti pintu, dan “mesem” adalah senyum. Gapura ini melambangkan keramahan keraton terhadap para tamu yang berkunjung. Di sisi kanan keraton, terdapat “Kantor Koneng”, yaitu ruang kerja raja Sumenep, yang sekarang difungsikan sebagai museum. Ruangan ini berisi koleksi peralatan rumah tangga keraton. Di luar keraton, wisatawan juga dapat mengunjungi Masjid Jamik Sumenep yang usianya tak jauh berbeda dengan usia Keraton Sumenep.


Untuk menuju kota Kabupaten Sumenep wisatawan harus menyeberangi pantai utara Jawa melewati Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya menuju Pelabuhan Kamal, Kabupaten Bangkalan, Madura dengan memanfaatkan jasa kapal feri. Lama perjalanan + setengah jam dengan biaya sekitar Rp. 2.000 (Februari 2008). Pelabuhan ini terletak di ujung barat pulau Madura, sedangkan letak Keraton Sumenep berada di ujung timur pulau yang berjarak + 90 km dari Pelabuhan Kamal. Perjalanan dari Pelabuhan Kamal ke kota Sumenep dapat ditempuh dengan bus maupun minibus dengan lama perjalanan sekitar 3 jam.

Wisatawan yang berkunjung ke Keraton Sumenep dapat memperoleh keterangan tambahan mengenai sejarah dan perkembangan keraton dari pengelola keraton yang bertindak sebagai guide. Jika memerlukan menginap, di sekitar museum terdapat penginapan berupa hotel.
Sangat mudah mencapai Keraton Sumenep, karena letaknya sekitar 200 meter arah Timur dari Taman Bunga di pusat kota Sumenep. Demikian halnya untuk sampai ke pusat kota kabupaten paling timur di Pulau Madura ini. Bila berangkat dari Surabaya, pusat propinsi Jatim, dengan kendaraan pribadi butuh waktu sekitar 4 jam perjalanan.Nama Sumenep, salah satu versinya berasal dari kata Songenep. Dalam bahasa Madura, Songenep merupakan gabungan dari kata Lesso dan Nginep. Dalam Bahasa Indonesia, Lesso berarti capek atau lelah, dan nginep berarti bermalam. Jadi, setelah kita melakukan perjalanan menuju kita ini dianjurkan bermalam. Setidaknya demikian agar keesokan harinya Anda bisa menikmati kekayaan dan keindahan potensi wisata di daerah ini dengan lebih leluasa. Obyek-obyek seperti Pantai Slopeng, Pantai Lombang, makam raja Asta Tinggi, dan yang lainnya bisa menjadi jujukan wisata Anda

Senin, 27 Desember 2010

Pajjhar Lagghu


Pajjhar lagghu arena pon nyonara.
Bapa’  tane se tedung pon jhagha’a.
Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga,
A jhalananna ghi’ sarat kawajibhan.
Atatamen mabannya’ hasel bhumena.
Mama’mor  nagharana tor bangsana.


“Pajjhar Lagghu” (fajar pagi) adalah lagu yang menggambarkan kegiatan masyarakat pedesaan Madura di pagi hari. Ketika fajar tiba, para petani pergi ke sawah membawa cangkul dan topi (Ngala’ are’ ben landhu’ tor capengnga) untuk bertani  guna menghidupi keluarganya. Mereka bertani tidak hanya untuk memberi makan keluarga mereka tapi juga untuk kemakmuran negara dan bangsanya (Mama’morra nagharana ban bangsana.) Bagi masyarakat Madura bekerja sebagai petani menjadi pekerjaan utama. Meskipun tanah Madura kurang subur, dengan semangat kerja yang giat dan pantang menyerah mereka dapat hidup dari bercocok tanam tersebut.
Sudah menjadi kebiasaan masyarakat Madura untuk bergotong royong dalam bercocok tanam. Kaum lelaki dewasa mencangkul di sawah. Anak-anak yang sudah dewasa dan cukup kuat untuk menggunakan cangkul tidak segan-segan membantu bapak mereka bercocok tanam di sawah dan di ladang. Bagi kaum perempuan, tugas mereka yang utama adalah memasak di dapur dan mengantarkan makanan tersebut ketika siang hari. Semua anggota keluarga memiliki peran dan mereka melaksanakan peran mereka dengan gotong royong. Tanpa gotong royong, pekerjaan mereka akan lama terselesaikan. (yy/http://pusatbahasaalazhar.wordpress.com/)

Pakaian Adat



Pakaian adat Madura untuk para pria sangat identik dengan motif garis horisontal yang biasanya berwarna merah-putih dan ikat kepala. Lebih terlihat gagah ketika membawa senjata tradisionalnya yang berupa clurit. Parang yang bentuknya melengkung. Untuk wanita, biasanya hanya menggunakan bawahan kain batik khas Madura dan mengenakan kebaya yang lebih simpel.

Musik Daul


Bagi  masyarakat madura musik daul sudah tidak asing lagi. Musik ini merupakan inovasi musik tong-tong. Namun, 5 tahun belakangan ini musik daul mengalami perkembangan yang sangat pesat di 3 kabupaten Madura. Yaitu, Sumenep, Pamekasan dan Sampang. Sampai kini musik daul menjadi salah satu bagian dari khasanah kekayaan seni dan budaya masyarakat Madura.
http://stat.k.kidsklik.com/data/photo/2008/05/05/2774378p.jpg

Sejarah lahirnya musik ul-daul hingga kini belum diketahui. Namun, dari berbagai jenis musik daul yang ada, musik tradisional daul di wilayah Kabupaten Pamekasan memiliki ciri khas tersendiri. Sebab keberadaan musik daul di Pamekasan lebih dipicu karena adanya pemadaman listrik pada sekitar 1990-an lalu.
Pada saat Madura mengalami pemadaman listrik, kelompok musik daul yang berkembang hanya di Pamekasan, sedang di tiga kabupaten lain di Madura tidak ada. Bahkan jenis musik daul yang dikembangkan warga Pamekasan ketika itu dan hingga kini masih berlangsung ialah menggunakan kereta dorong, berbeda dengan jenis musik daul pada umumnya.
http://2.bp.blogspot.com

Dengan eksisnya keberadaan dan banyak komunitas ul-daul di Madura, menjadi bukti bahwa madura merupakan tanah yang kaya karya seni. kini, musik tersebut menjadi salah satu kesenian yang sering banyak ditampilkan dalam berbagai kegiatan. mulai, selamatan, khitanan, perkawinan, smapai kegiatan-kegiatan lainnya. Tak lain, komunitas ini bertujuan untuk melestarikan budaya tradisional (musik tong-tong)  serta memberikan hiburan dan menumbuhkan kecintaan pada Budaya Madura.

Pantai Selopeng


Berwisata, bisa menjadi alternatif menghilangkan penat dan jenuh. Selain itu juga bisa menghadirkan inspirasi bagi pikiran kita. Dengan melihat hamparan laut yang luas saja, pikiran kita jadi fresh. Tak jarang, seseorang bahkan rela merogoh kocek sampai jutaan rupiah untuk bisa menikmati suasana yang baru. Pulau Madura meskipun gaungnya tak senyaring Pulau Bali, namun juga menyajikan pesona alam yang tak kalah eksotis.
www.google.com

Salah satu eksotika pantai Madura adalah Pantai Slopeng . Pantai ini terletak dikawasan desa salopeng Kabupaten sumenep. Desa salopeng termasuk desa nelayan yang padat.  Pantai  yang menghadap langsung ke laut jawa  dan berpasir putih ini memanjang ke timur dari desa Selopeng sampai desa Semaan dan desa lain.  Selain dikenal dengan pasir putihnya, pantai ini juga masyhur dengan bukit pasirnya . Hampir setiap hari pantai ini dipadati oleh pengunjung, terutama di hari libur.
Add caption